Sabtu, 20 September 2014

Chapter 1 : KIRU

Tahun 2028, dimana perang mulai terulang kembali di jepang, yang tengah dijajah secara diam-diam oleh amerika serikat. Untuk menghindari baku-tembak yang terjadi di dalam negeri, pemerintah menunjuk 673 pembunuh yang bertindak dengan tuntunan dari E-mail yang dikirim dari pemerintah pusat.

"Apa-apaan ini?!" gerutuku memegangi suatu kertas bertulis "calon partner". Dengan lagak yang kurang-- ralat, tidak sopan, aku menopang kaki kananku di kaki kiriku. Like a Boss kata anak-anak gaul belasan tahun yang lalu. stop- itu udah ketinggalan jaman, oke? jangan dibahas.

"Jangan protes terus, dong, Kyosuke! Aku, kan, sudah bilang, kalau tak mau kupilihkan partner-mu, maka carilah partnermu sendiri!" Ucap seorang pegawai pemerintah di kota-ku. Yang tentu bertugas bertanggung jawab atas tugas yang sedang kujalani.

"Aku tidak butuh partner," tidak peduli, aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain. dan membuang kertas yang kupegang secara sembarangan

"H-hey! Kalau kau bilang begitu, nanti aku dimarahi oleh pak kepala bagian!"

"Aku tidak peduli," membuka pintu ruangan, akupun berjalan keluar dari ruangan tersebut

"Tunggu-Hey!!" pegawai itu menggapai ujung bajuku.

"Apaan lagi, sih?"

"Se-nggaknya tolong pikirkan dulu!!" ucapnya berkeringat dingin.

“Sekali lagi kubilang, AKU TIDAK MAU!” gertakku dengan kesalnya

“Kumohon!! Nanti aku dipecat dari pemerintah pusat dan gak bisa dapet uang!!” ucapnya mulai menangis

“Bilang saja seperti ini : ‘aku tak bisa mendapatkan uang dan kemudian aku menjadi perjaka yang miskin’,” ucapku

Orang itu mengagguk

“Jadi maksudmu aku disuruh bekerja agar kau mendapatkan uang, dan tak mati kelaparan, hah?”

Dia mengangguk lagi. Sungguh, ini membuatku kesal ½ mampus

“ENAK SAJA!” aku langsung berlari pergi darinya.

Apa-apan, tuh?! Masa’ aku disuruh kerja dari pagi-malam non-stop, dan dia hanya santai-santai makan uang. Haaaaah?! Jangan bercanda!

Kini, kaki-ku dirangkulnya. Dengan putus asa, dia menangis di hadapanku “Sudah kubilang, aku tak mau!” ucapku

“Nanti kau juga ikutan dipecat, lho,” ucapnya tak mau menyerah

“Aku tidak peduli,”

Hening sejenak.

1 menitpun berlalu tanpa arti, dan akhirnya dia berkata padaku, “Nanti kau kugaji 10x lipat, deh,”
Berpikir, akupun hanya bisa pasrah dan mengambil keputusan yang benar-benar salah. "Baiklah, akan kupikirkan
lagi besok,"

"Terima kasih!!" syukurnya. Oh, ayolah. Apa kau benar-benar pegawai pemerintah? Jujur, aku jadi jijik sama kau. Batinku

***
'Kiru'
Itulah sebutan baggi mereka yang menjalankan tuga sebagai pembunuh yang dikirim oleh pemerintah pusat. Aku pun juga seorang Kiru. nomor keanggotaanku 230. Lokasi bertugas di atur dengan nomor tersebut. Dan aku bertugas untuk berjaga di kota Tokyo. Kota ini sebenarnya sudah hampir tak berpenghuni, karena disinilah awal dimana Amerika menyerang jepang.

Biasanya Kiru bertindak secara berpasangan dengan Partnernya, namun, aku tidak pernah sekalipun berpikir untuk bertindak dengan Partner. Mending kalau partnerku orang yang hebat, dan dapat diandalkan. gimana kalau nggak? dan lagi, nama yang ada di kertas itu...

'kotori'

.... Sepertinya dia perempuan..... tapi masa', sih aku musti ber-pasangan dengan perempuan. Ah, seharusnya aku memang tak usah menerima tawarannya.

Srek Srek

Ponselku berbunyi bertanda ada E-mail masuk. Dan sepertinya E-mail tersebut berisi tentang nama-nama yang harus kubunuh hari ini

Ckreek
Aku menyiapkan Pistol ganda-ku, dan bersembunyi di pertigaan untuk menyiapkan Strategi dengan melihat E-mail yang tadi terkirim tadi.


Subject : None
From : Shouichi Tachibana

Menurut pemerintahan pusat, berikut adalah nama-nama orang yang harus kau bunuh hari ini
1. Jeff
(Biasanya bertindak sendirian, memakai pistol panjang sebagai senjata utama, dan pistol kecil sebagai cadangan. Biasanya bersiaga di balik pohon. cara bertarungnya menembak lawan dari belakang. Dengan kata lain, dia ahli dalam pertarungan jarak jauh.)
2. ---

Bersiaga di balik pohon, ya? Dengan senjata panjang, kemungkinan dia mengambil jarak yang lumayan jauh dari jalan raya. Karena aku berhimpitan dengan tembok, maka seharusnya dia menebak ke arah yang berlawanan dengan tempat berdiri target untuk memancingku.
Berarti aku harus memerhatikan asal peluru.

DOR

Suara peluru terpental dari salah satu pohon tinggi di ujung jalan. ‘Disana!’ batinku sambil berlari ke arah yang diperkirakan tadi.

Jika dia ada disana, maka—

DOR!

Dari arah yang berlawanan, sebuah peluru tertembak dan mengakibatkan wajahku tergores sedikit. “Apa—“

DOR DOR DOR

Dia menembak dari belakang? Jangan-jangan dia memakai jebakan Instruk Pil.

Sialnya, dia tak membiarkanku menembakinya. Untuk bersiaga, akupun berlindung di balik pohon tadi.

Sialan. Batinku kesal.

Jadi, tindakanku sudah tebaca, atau mungkin dia sudah tahu bahwa aku bertindak sendirian. Tidak, tidak, itu mustahil. Kalau begini terus, aku akan kalah. Tak ada jalan lain selain bertarung jarak jauh. Tunggu, menurut E-mail, dia jago bertarung jarak jauh, berarti cara yang menguntungkan hanya pertarungan jarak dekat. Tapi, itu tak akan menjamin keselamatanku.

Dalam keadaan seperti ini, hanya 45% aku berhasil. Tidak, 45 itu kalau aku bertarung bersama partner. Jika tidak....

Srek

Aku merasakan tanganku menyentuh suatu benda. “apa i—“ perkataanku berhenti setelah melihat apa yang kusentuh itu

RANJAU CLAYMORE?!

Terhentak, aku menghindar sejauh-jauh mungkin dari  ranjau claymore tersebut. Namun, sudah terlambat. Ranjau itu meledak, dan ....
“kh....”

Eh? Kenapa? Ranjaunya tidak meledak...? Ranjaunya tidak... mengenaiku...? kenapa?

Saat aku membukakan mataku, aku melihat seorang gadis dengan memegang pisau panjang

‘Siapa?’ Batinku

“Tidak apa,” gadis itu berkata. Sambil tersenyum, ia menoleh kearahku. Dan itu membuatku sedikit.. err.... terkejut “Aku ada disini,” lanjutnya.

“Siapa kau?” tanyaku berjalan mundur.

‘Orang ini musuh! Pasti dia musuh!’

Dengan berkeringat dingin, aku bersiaga ditempat, dan menyiapkan salah satu pistol di belakangku.

Yang kulihat, gadis itu terdiam sejenak dengan wajah polosnya.

‘tidak salah lagi, orang ini prajurit amerika baris depan’ batinku.

Gadis itu membuka mulutnya, dan berkata hal yang sangat-sangat mengejutkanku denga bangganya.

“Aku partner-mu!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar